Beranda Politik Pemilu 2024, Gerindra Buka Peluang Koalisi dengan PDIP

Pemilu 2024, Gerindra Buka Peluang Koalisi dengan PDIP

Pertemuan antara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri serta Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI-P Puan Maharani di Istana Kepresidenan, Kamis (18/11/2021).

INDIKASI.id, Jakarta – Partai Gerindra membuka peluang berkoalisi dengan PDI Perjuangan (PDIP) pada pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Pernyataan itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani saat peresmian kantor DPC Partai Gerindra Kota Semarang, Minggu (28/11/2021).

”Kita sama-sama bercita-cita membangun Indonesia. Kita juga sama-sama membela kepentingan rakyat. Jadi, kenapa kita tidak bekerjasama untuk mencapai tujuan itu? Untuk apa kita pengkerengan yang membuat kegaduhan, padahal kita bisa bekerjasama,” kata Wakil Ketua MPR itu dalam keterangannya, Senin (29/11/2021)

Muzani tak memungkiri hubungan Gerindra dengan PDIP tak selalu berjalan mulus. Hubungan kedua partai pernah mengalami fase naik turun.

”Kita pernah bekerjasama pada 2009, lalu 2014 berpisah karena Gerindra oposisi. Dan kini kembali bersama dalam koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Ke depan kita ingin bekerjasama lagi untuk membesarkan dan membangun Indonesia,” kata Muzani.

Muzani lantas mengatakan cita-cita Gerindra yang belum terwujud yakni menjadikan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai presiden. Ia pun menyampaikan harapannya dapat bekerja sama dengan PDIP untuk maksud tersebut.

Dia menjelaskan, secara geografis Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk sebesar 270 juta dan sekitar 17 ribu pulau. Tidak mungkin satu kekuatan bisa menjangkau seluruhnya.

“Itulah yang menyebabkan semua kekuatan politik harus bekerjasama membangun masa depan Indonesia dan menyatukan diri dalam satu kekuatan. PDIP dan Gerindra adalah kekuatan besar,” imbuhnya.

Berbicara mengenai kepentingan Partai Gerindra pada Pemilu 2024 di Provinsi Jawa Tengah, Muzani menyebut Jawa Tengah adalah provinsi yang memiliki geopolitik yang khas.

Sejak Pemilu 1999 hingga 2019, PDIP selalu mendominasi Jateng sebagai pemenang pemilu. Berbeda dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa yang selalu bergantian pemenangnya dalam setiap pemilu. Karena itu Muzani meminta Gerindra belajar dengan PDIP tentang cara mempertahankan kepercayaan rakyat seperti yang terjadi di Jawa Tengah.

“Gerindra Jateng harus belajar dari bagaimana PDIP Jateng mengelola kepercayaan rakyat sehingga selalu menang dalam setiap pemilu,” katanya.

Muzani juga meminta kader Gerindra di Jateng terus merawat kebinekaan dan keberagaman bangsa sebagai kekuatan kita. Dia meminta kadernya mendahulukan kepentingan rakyat.

Menurut Muzani, jika hal itu dikerjakan dengan baik, kepercayaan rakyat tidak luntur pada suatu partai.

“Kalau partai tidak bisa membuktikan itu dalam perjalan politiknya, maka kepercayaan rakyat akan lari. Itu sebabnya berkali-kali saya ingatkan Gerindra adalah partai rakyat. Gerindra besar karena kepercayaan rakyat. Sedapat mungkin kita harus menjadi kawan rakyat di kala suka atau duka. Jangan jauh dari rakyat apalagi khianati rakyat. Dengan begitu di Jateng paling tidak kita bisa menyaingi PDIP,” ujar Muzani.

Terpisah, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan kerja sama antarpartai memang dibutuhkan sebagai semangat gotong royong mewujudkan kepentingan nasional.

“Bagi PDI Perjuangan, kerja sama strategis dengan parpol lain seperti Gerindra, Golkar, PKB, PPP, PAN, PKP, Perindo, dan parpol lainnya ditempatkan dalam semangat gotong royong bagi terwujudnya cita-cita, tujuan, dan kepentingan nasional Indonesia,” kata Hasto kepada wartawan, Senin (29/11).

Kerja sama ini disebut Hasto amat dibutuhkan terlebih dalam situasi pandemi yang belum menunjukkan tanda-tanda usai, apalagi sekarang ditemukan varian Omicron di Afrika Selatan. Semua parpol, kata dia, harus menggalang kerja sama dan mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara di atas segalanya.

“Hal itulah yang menjadi konsentrasi utama PDIP dan dijadikan sebagai skala prioritas, termasuk memberikan dukungan atas kepemimpinan Indonesia di G20 dan juga persiapan penyelenggaraan Pemilu tahun 2024,” ujar Hasto.

Hasto menilai pernyataan Muzani terkait koalisi dengan PDIP merupakan pengakuan pentingnya kerja sama strategis.

“Apa yang disampaikan Pak Muzani untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan menunjukkan pengakuan beliau tentang pentingnya kerja sama strategis tersebut. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari potret PDIP sebagai partai yang memiliki basis yang kuat secara ideologis, mengakar di tengah rakyat, dan juga karena visinya bagi tanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara,” ujarnya.

Hasto menegaskan PDIP tidak pernah membajak partai lain untuk bekerja sama dengannya. Jika ada partai yang merasa nyaman, Hasto meyakini itu karena etika PDIP terhadap partai lain.

“Kami tidak pernah membajak kader partai lain terlebih dengan menggunakan bujuk rayu tertentu. Mungkin etika politik yang dijalankan PDIP inilah yang membuat partai-partai lain merasa nyaman kerja sama dengan PDIP. Terlebih PDIP berpegang pada moralitas satunya kata dan perbuatan yang penting dalam kerja sama politik,” ujarnya.

Hasto menyebut saat ini PDIP belum berbicara terkait koalisi. Dia menegaskan masih fokus dalam penanganan pandemi. Hasto menyebut pembahasan koalisi akan dibahas jika tahapan pemilu sudah ditetapkan.

“Meskipun demikian, terkait kerja sama Pilpres 2024, saat ini lebih difokuskan untuk mengatasi pandemi, momentum kerja sama dalam rangka pilpres akan tiba ketika tahapan-tahapan telah ditetapkan dan menunggu timing yang tepat,” kata Hasto. (B22)

.